Soko Tekno

Kerja Sama KKP-FAO Hasilkan Digitalisasi Pengendalian Penyakit Ikan di Indonesia

Aplikasi Sicekatan berbasis Android, lebih modern dan berhasil memperbarui sistem peringatan dini penyakit ikan di Indonesia. Sebelumnya berbasis layananSMS.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
20 Maret 2025

Dok. KKP

SOKOGURU, Jakarta- Setelah menjalin kerja sama sejak pertengahan 2023 hingga awal 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Persatuan Bangsa-Bangsa (FAO) mengumumkan keberhasilan program tersebut.

Capaian keberhasilan Technical Cooperation Programme TCP/INS/3903 project Enhancing preparedness and response system on aquatic animal disease to support blue economy transformation itu dilaporkan dalam lokakarya akhir proyek, selasa (18/3) 

Dalam acara itu dilakukan pula soft launching aplikasi Sistem Pelaporan Cepat Penyakit Ikan (Sicekatan ). 

Hadir dalam lokarya tersebut Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu,  Direktur Ikan Air Laut Ditjen Perikanan Budi Daya KKP, Tinggal Hermawan, dan Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal.

Baca juga: Mau Bisnis Cold Storage? KKP Siap Dampingi dengan Sediakan Layanan Konsultasi Interaktif

Dirjen Tb Haeru Rahayu menjelaskan proyek dua tahun TCP/INS/3903 itu sangat penting dalam mengimplementasikan salah satu kebijakan KKP yaitu pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan berbasis ekonomi biru. 

 “Proyek kerja sama ini sangat mendukung subsektor perikanan budi daya yang menjadi salah satu tulang punggung percepatan target swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional,” katanya dalam siaran resmi KKP, Rabu (19/3). 

Ia pun menyinggung program ekonomi biru Menteri Sakti Wahyu Trenggono berhasil meningkatkan produksi ikan hasil budi daya di tahun 2024, yakni meningkat sebesar 13,64% dari tahun sebelumnya. 

 

Minimalisir penyakit ikan

Dirjen Tebe, sapaan akrab Tb Haeru Rahayu, mengatakan salah satu tantangan dalam produksi perikanan budi daya adalah serangan penyakit yang menginfeksi ikan berupa virus, bakteri, jamur maupun parasit. 

Baca juga: KKP Pastikan Produk Perikanan yang Tersedia Selama Ramadan Bebas dari Bakteri E Coli

“Melalui kolaborasi kerja sama dengan FAO ini sangat membantu dalam meningkatkan kesiapsiagaan pengendalian penyakit ikan melalui peningkatan sistem tanggap darurat wabah penyakit ikan di Indonesia,” jelasnya.

Lebih lanjut, Tebe menyebutkan tiga output dari proyek kerja sama TCP/INS/3903. Pertama, peningkatan kapasitas penilaian risiko guna meminimalisir risiko masuk dan tersebarkan penyakit ikan. 

Kedua, penguatan kapasitas Pos Pelayanan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Terpadu (Posikandu. Ketiga, peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam perencanaan tanggap darurat penyakit ikan.

Sementara itu, Direktur Ikan Air Laut Ditjen Perikanan Budi Daya KKP, Tinggal Hermawan, menjelaskan, beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian output pertama yaitu review dan updating aplikasi Indonesian aquatic animal disease alert system (IAADAS) dan software sistem monitoring penyakit ikan (SSMPI), pelatihan manajemen kesehatan ikan dan assessment posikandu.

Baca juga: Di Bulan Puasa, KKP-BPOM Bersinergi Jaga Mutu Produk Perikanan

“Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam output kedua yaitu pelatihan petugas posikandu, sosialisasi AMU/AMR dan survey AMU serta surveilan AMR,” jelasnya.

Ketiga, sambung Tinggal,, beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mencapai output 3 yaitu penyusunan dokumen perencanaan kontijensi dan tindakan tanggap darurat enteric septicaemia of catfish dan streptococcis dan pelatihan (simulasi) tanggap darurat bagi gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan.

“Capaian keberhasilan dari kerja sama TCP/INS/3903 adalah terlaksananya assessment Posikandu, tersedianya dokumen perencanaan kontijensi dan tindakan tanggap darurat untuk dua penyakit ikan yaitu enteric septicaemia of catfish dan streptococcis,” ujarnya.

Selain itu, tambah Tinggal,  munculnya sistem informasi aplikasi SSMPI dan Sicekatan versi web dan juga aplikasi Sicekatan versi mobile. Aplikasi tersebut diharapkan dapat diakses pada minggu kedua April 2025,” jelas Tinggal.

 

Aplikasi Sicekatan

Salah satu capaian terbesar dalam proyek kerja sama KKP dan FAO itu adalah aplikasi Sicekatan yang berhasil memperbarui sistem peringatan dini penyakit ikan di Indonesia menjadi berbasis Android yang lebih modern, dibanding sebelumnya hanya berbasis layanan pesan singkat (SMS). 

Bacaa juga: Di Bulan Puasa, KKP-BPOM Bersinergi Jaga Mutu Produk Perikanan

Rajendra Aryal mengatakan melalui aplikasi Sicekatan, pembudi daya ikan dapat melaporkan gejala dan dokumentasi penyakit ikan lebih mudah dan mendapatkan saran penanganan dengan cepat dan tepat dari gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan. 

“Jika diperlukan, sistem ini juga melibatkan pengujian laboratorium guna menghadirkan solusi penanganan yang lebih spesifik,” ujarnya.. 

Sebelumnya, lanjut Aryal, sistem peringatan penyakit berbasis SMS. Data dari pembudi daya ikan mengenai kejadian penyakit ikan pun sangat terbatas. 

Namun, melalui dukungan proyek kerjasama ini, sistem Sicekatan telah dioptimalkan menjadi berbasis Android yang lebih mudah diakses dan praktis serta dilengkapi dengan lebih banyak informasi dan juga menu yang interaktif. 

“Dengan begitu, diharapkan koordinasi dalam penanganan penyakit ikan oleh gugus tugas dapat menjadi lebih cepat,” imbuhnya.

 

Aryal mengatakan proyek TCP/INS/3903 itu juga telah meningkatkan kemampuan dan pengetahuan garda terdepan di berbagai tingkatan, mulai dari pembudi daya hingga petugas lapangan Posikandu serta tim gugus tugas tanggap darurat dalam penanganan darurat penyakit ikan. 

“Sebanyak 25 petugas Posikandu telah dibekali pelatihan dalam investigasi wabah, serta pengawasan dan pelaporan penyakit ikan,” ujarnya lagi.

Selain itu, lanjut Aryal, lebih dari 130 pembudi daya ikan, penyuluh perikanan, petugas laboratorium serta gugus tugas tanggap darurat telah ditingkatkan kapasitasnya terkait resistensi antimikroba (AMR), pengelolaan penyakit ikan serta penanganan tanggap darurat dan juga perencanaan kontijensi untuk penyakit ikan utamanya pada patin dan nila.

Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong produktivitas sektor perikanan dengan memasukkan pengembangan budidaya berkelanjutan di pesisir, darat, dan laut sebagai program prioritas KKP.

Pengembangan perikanan budi daya untuk mendukung program ketahanan pangan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, serta menjaga keberlanjutan populasi perikanan di alam. (SG-1)